Bahan Pengawet makanan berbahaya
Sulfur dioksida
Perkembangan
zaman banyak menghasilkan berbagai ide dan inovasi baru. Perkembangan teknologi
sudah menghasilkan berbagai terobosan yang mutakhir. Perkembangan tersebut
membawa manusia pada bebagai kemajuan di bidang ekonomi., kesehatan,
bioteknologi, dll. Kemajuan ini ada kalanya bermanfaat bagi manusia dan ada
kalanya berdampak negatif bagi manusia.
Salah
satu kemajuan yang memiliki dampak positif dan negatif tersebut adalah kemajuan
di bidang pengolahan makanan dalam bentuk kaleng maupun botol. Dalam pengolahan
makanan ini biasanya terdapat zat pengawet (preservatives).
Bahan
pengawet merupakan salah satu dari zat aditif. Zat aditif ini ada yang sintesis
dan alami. Zat aditif merupakan zat kimia yang biasa dicampurkan ke dalam
makanan untuk tujuan tertentu. “Zat aditif adalah bahan yang sengaja
ditambahkan ke dalam makanan untuk berbagai alasan seperti meningkatkan
rasa, menghentikan makanan kering dan untuk menjaga makanan agar tetap segar.”
(Grant, 1999). Makanan yang beredar di pasaran menggunakan pengawet sintesis.
Penggunaan pengawet ini membuat makanan dapat bertahan hingga berbulan-bulan.
Selain itu pengawet juga digunakan bertujuan agar rasa dan warna makanan lebih
menarik.
Namun
dibalik manfaatnya, pengawet sintesis dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
banyak masyarakat yang tidak mengetahui dampak dari penggunaan pengawet ini.
Masyarakat sekarang ini banyak yang mengkonsumsi makanan instan tanpa
memperhatikan kandungan Sehingga sering kita lihat kasus penggunaan pengawet
pada makanan dapat menimbulkan keracunan.
Apabila
kita mengkonsumsi bahan-bahan pengawet di atas itu tidak secara
berlebihan/masih di bawah ambang batas, maka kita tidak perlu khawatir karena
tubuh kita memiliki detoksifikasi (perombak) bahan pengawet sintetis yang
sangat efektif. Sistem detoksifikasi manusia terdapat pada ginjal dan hati.
Bahan pengawet yang ada dalam tubuh manusia akan disaring pada ginjal dan
dikeluarkan ureter yang akan ikut terbuang melalui urin.
Bahan-bahan
pengawet di atas akan tergabung dengan glisin di dalam hati dan membentuk asam
hippurat yang akan dikeluarkan lewat urin.” (Wibbertmann, et al. 2005:7)
Zat
pengawet sudah kita ketahui sangat berdampak buruk bagi tubuh apabila dikonsumsi
secara berlebih. Jenis – Jenis Bahan
Pengawet Sintetis yaittu Asam Benzoat, Kalium Nitrit, Kalsium
Propionat/Natrium Propionat, Natrium Metasulfat, Kalsium Benzoat, Sulfur
Dioksida (SO2), Asam Sorbat.
Sulphur Dioxide
Pengertian dan fungsi
Sulfur Dioksida
Sulphur
dioxide merupakan senyawa kimia dengan formula SO2. Senyawa ini berbentuk
gas yang tidak berwarna dan berbau tajam. Sulfur dioksida merupakan bahan
pengawet yang diizinkan namun kurang aman dikonsumsi. Fungsi pengawet
sudah sangat jelas yaitu untuk memperpanjang umur simpan suatu makanan dan
dalam hal ini dengan jalan menghambat pertumbuhan bekteri, jamur, dan
kapang, sehingga minuman tersebut menjadi lebih awet. Oleh karena itu
sering disebut dengan senyawa antimikroba. Bahan pengawt ini sering
ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar. Berikut
rantai kimia sulfur dioksida :
Sumber
Sulfur Dioksida
Sulfur
dioksida dilepaskan oleh senyawa sulfit. Sulfur dioksida dapat ditemukan pada
makanan dan obat-obatan. Dalam makanan, sulfit digunakan sebagai bahan pengawet
makanan seperti kentang yang dikeringkan, acar bawang, adonan pizza, selai,
jelly, sirup maple, dan saus. Salad buah yang dikemas dalam botol atau kaleng
dapat mengandung sulfit untuk mengawetkan warna buah segar. Beer dan minuman
beralkohol pun dapat mengandung sulfit sebagai bahan pengawet.
Mekanisme
atau Cara Kerja Pengawet
Berbagai
senyawa mempunyai sifat sebagai anti mikroba, diantaranya sulfit dan sulfur
dioksida, garam nitrit dan nitrat, asam sorbat, asam propionat, asam asetat dan
asam bensoat. Sulfur dioksida telah lama digunakan dalam makanan sebagai
pengawet dan penggunaannya berkembang menjadi berbagai bentuk seperti
gas SO2, garam bisulfit dan sulfit. Penelitian menunjukkan bahwa sulfur
dioksida paling efektif bekerja pada kondisi pH rendah dan diperkirakan hal ini
disebabkan H2SO3 yang dalam larutan tidak terdisosiasi. Dalam keadaan tidak terdisosiasi
larutan tersebut lebih mudah menembus dinding sel mikroba.
Selain
bertindak sebagai pengawet, sulfur dioksida juga dapat mencegah pencoklatan non
enzimatik (reaksi Maillard) yaitu dengan cara bereaksi dengan gula-gula
pereduksi maupun senyawa tara aldehida. Sulfur dioksida juga mempunyai efek
memucatkan pigmen melanoidin yang terbentuk dalam reaksi Maillard sehingga
sangat efektif dalam mencegah reaksi pencoklatan tersebut. Sulfur dioksida juga
sering ditambahkan ke dalam tepung untuk memutus ikatan disulfida dan
memperbaiki mutu adonan yang dihasilkan. Sulfur dioksida dan sulfit dapat
dimetabolesme menjadi sulfat dan diekskresi ke dalam urin tanpa efek samping
lainnya. Sulfur dioksida atau sulfit biasanya ditambahkan pada konsentrasi
sekitar 500 – 1000 ppm, tergantung dari tujuan penambahan dan jenis makanan.
Pengaruh
dari sulfur dioksida ditubuh manusia
Beberapa
zat pengawet di bawah ini merupakan zat pengawet yang diizinkan oleh BPOM,
tetapi bila digunakan secara berlebihan bisa mempengaruhi kesehatan tubuh
manusia. Sulfur dioksida beresiko mempercepat serangan asma, mutasi genetic
karena bias mempengaruhi DNA/gen, menyebabkan kanker karena di dalam tubuh bias
menjadi zat radikal bebas pemicu kanker jika konsumsi dalam jangka panjang dan
juga menyebabkan alergi (gatal – gatal). Gejala yang ditimbulkan dapat berupa
pusing, sakit perut, kesemutan, bercak merah pada kulit, kesulitan
menelan dan kejang.
Sumber
:
http://cintapudingcaramel.blogspot.com/2014/01/zat-pengawet-pada-makanan.html